Di Lembah Cinta

Tengah malam,
aku bertanya, siapa ini yang ada
di dalam rumah qalb-ku?

Dia menjawab, Inilah Aku,
yang cemerlangnya membuat matahari dan
rembulan jadi tertunduk malu.

Dia bertanya, Mengapa rumah ini penuh
dengan aneka macam lukisan?

Aku menjawab,
Ini semua adalah bayangan dari-Mu,
wahai Engkau yang wajah-Mu membuat
iri warga Chigil.

Dia bertanya, Dan apa ini:
qalb yang berdarah-darah?

Aku menjawab,
Ini adalah gambaran diriku:
hati terluka, dan kaki dalam lumpur.

Kuikat leher dari jiwaku,
dan menyeretnya kehadapan-Nya sebagai persembahan:
Inilah dia yang telah berkali-kali memunggungi Cinta,
kali ini jangalah Kau lepaskan.

Dia serahkan satu ujung tali,
ujung yang penuh kecurangan dan pengkhianatan,
Peganglah ujung yang ini,
Aku kan menghela dari ujung yang lain,
mari berharap tali ini tidak putus.

Kuraih tangan-Nya, Dia menepisku,
seraya berkata, Lepaskan!

Aku bertanya,
Mengapa Engkau bersikap
keras padaku?

Dia menjawab, Ketahuilah, sikap keras-Ku
demi tujuan yang baik bagimu,
bukan karena niat-buruk atau jahat.

Ini untuk memperingatkanmu,
barangsiapa masuk kesini dan berkata,
'Inilah Aku!'
maka Aku akan memukul dahinya;

karena ini adalah Lembah Cinta,
bukan kandang hewan.

Salahuddiin,
sungguh keelokan wajah sejatimu
indahnya bagaikan sosok Tamu di tengah malam itu;

kawan-kawan gosok matamu,
dan tataplah dia dengan pandangan qalb-mu,
dengan bashirah-mu.

Jalaludin Rumi

0 Response to "Di Lembah Cinta"

Posting Komentar

To Top Page Up Page Down To Bottom Auto Scroll Stop Scroll